The Brain Story

Sudah tiga hari ini gue rajin ke gym. Rutinitasnya kurang lebih sama. Sebelum pesan taksi galau dulu, apakah hanya akan minta diantar sampai stasiun MRT terdekat lalu dari situ tinggal naik MRT sampai bunderan HI dan jalan lagi sebentar,  atau pesan taksi tapi biayanya lebih mahal. Di sinilah gue memahami kondisi otak gue yang pada dasarnya kreatif pede5000.

 

Dia berasionalisasi demi kenyamanan gue.

 

Mengingat, mempertimbangkan, dan…mengada-ada (mungkin):

  1. bawaan yang heboh (1 tas tangan besar, 1 ransel yang di dalamnya sudah disiapkan kantung lipat tempat baju basah nanti, sehingga total akan menjadi 3 tas), dugaan beratnya sudah bisa bikin gue dilarang naik lift kantor (maksimal 10 kg)
  2. Benefit berasa punya supir pribadi: tinggal duduk manis sambal baca atau nonton video youtube.
  3. Risiko pegal dan tekanan pada tulang belakang kalau gue naik MRT lebih besar daripada naik taksi.

Jadilah gue memilih naik taksi.

 

Dan bayar 135ribu karena hari itu Car Free Day.

 

Rupayanya otak gue yang gue percaya cerdas itu baru inget setelah di tol, itu pun abangnya yang ngingetin. Iyak mangga atuh dimamam itu jalan muter.

 

“Tenang Mba, bisa lewat tanah abang kok, lewat belakangnya GI,” kata Abang Taksi.

Yang terjadi adalah, otak gue mungkin lagi ketelingsut juga kali ya atau emang kebanyakan masukkin informasi mengenai KPOP sama self help, jadinya baru ngeh juga, macet tanah abang di belakang GI karena jam-jam CFD orang-orang abis ngos-ngosan lari memilih untuk ke situ untuk: berbelanja atau sekedar lihat-lihat.

 

Wahai otak yang super ini. Napa gak mikir dari tadi sik? Baiklah ente kan baru tahu ya jadi kali ini gue maafin.

 

Untungnya, otak gue punya cara kreatif lain biar gue tetap bisa jaga mood.

 

Dia curious.

 

Gue heran, jalan lebar dan ada belokan-belokan buat mutar ke arah GI, tapi mobil or kendaraan lain gak bisa lewat (termasuk taksi gue) karena jalanannya diisi motor parkir (dugaan tersangka: peserta CFD. Orang kita kan ada yang suka gitu ya, ke warung dekat rumah aja naik motor, lah apalagi CFD).

 

Lalu lalu?

 

Banyaaak banget pedagang mainan, pakaian, makanan, tapi apa mata gue yang tiba-tiba nambah minusnya, gue kok merasa jarang melihat pembeli ya? Analisis otak gue: karena calon pembelinya yang notabene pemilik motor parkir sembarangan tapi dibiarin ini, masih sibuk CFD! Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi sodara-sodara.

 

Gue juga kenal nih kebiasaan otak gue berikutnya.

 

Dia doyan komen.

Berasa reporter dan komentator.

 

Macet ya…Wow banyak banget yang parkir nih motornya. Ya ampun ini pan jalan raya ya tapi isinya motor semua? Cuek aja lagi nih gak ada yang larang?

 

Semuanya diakhiri dengan tanda tanya. Kayak udah mau kesel tapi ujungnya bertanya kenapa. Keselnya ga jadi. Malah penasaran.

 

That’s probably called a-m-u-s-e-d.

 

Alhamdulillah, gue pun sampe di depan Gedung BCA tempat gym gue berada.

 

Tapi otak gue yang berjiwa reporter komentator ini menemukan mangsa baru buat dikomen.

Baru aja memasuki ruang ganti baju, mata gue dihadiahi dengan adegan cewek buka baju dengan cueknya sampai dadanya semua kelihatan, gak pake bra, gak ditutupin handuk sehelai pun.

Dasar otak gue, kebetulan udah pernah masukkin informasi macem-macem entah dari komi, buku, filem. Komentarnya mulai dari yang menyejukkan macam istigfar sampe kata-kata yang kurang pantes disebutkan di sini juga ada. Saat itu gue bagaikan punya dua pembisik: yang satu ekspresif banget misuh-misuh, satunya lagi ngingetin untuk setop berkomen yang enggak-enggak.

Tentunya gue pun langsung menundukkan mata. Otak gue pun menganalisa sambil otomatis gue buka loker dan mulai bongkar tas dan naro-naro semua barang bawaan gue di situ.

Begini kira-kira….

Gak bisa disalahin sih karena ruangan itu memang ruang ganti cewek. Gak ada aturannya juga apakah ganti baju di situ bebas, kudu masuk kamar mandi dulu, atau bagaimana. Yang penting yang di situ cewek. Jadi kalau memang tu cewek terbiasa gak tahu malu ada orang asing di situ dan dia tanpa ngomong apa-apa langsung buka-bukaan ya gak salah juga. Yang salah ya Situ, napa main masuk aja di saat yang kurang pas?

 

Otak kita itu memang responsive ya. Dan kebetulan otak gue doyan berpanjang-panjang menganalisa sesuatu yang gak penting.

Mentang-mentang cewek yang dengan brutal dan cueknya itu main buka baju aja dan gak malu-malu mempertontonkan dadanya ke mana-mana, gak peduli gue masuk dengan tampang kaget bin geli-berusaha-nahan-diri-gak-ekspresif-tapi-gagal, tetep aja komennya rame.

Yaelah…emang sih ini ruang ganti baju, tapi kan ada lusinan orang asing di sini dan ada banyak kamar mandi juga…kenapa elo gak jalan dikit sih telanjang dan ganti baju di dalem ruangan tertutup?!

Mending badannya bagus…

Napa gue nemuin beginian sih pagi-pagi?

Keknya elo aja yang norak deh ah.

Ya ampuuun…

Stop…Stop…Stop…mending pikirin yang lain…seperti ntar gue mau 30 menit cardio, lalu renang…

 

Gue harus menyetop diri sendiri dulu, dengan sengaja, biar ni otak gak berisik.

 

Lalu gue pun bersegera pake hijab kaus gue yang khusus untuk olahraga dan cabut ke tempat cardio.

 

Otak manusia itu memang tempat hutan belantara yang konon sebenarnya bisa kita kontrol mau mikir apa (ini menurut Mel Robbins, gue gak tau dia referencenya dari mana, bisa dicek youtube channelnya). Tapi ketika tubuh sedang bergerak melakukan rutinitas dan hati or pikiran kita kita jagain, ada-ada saja pikiran yang muncul.

 

Setelah cardio 30 menit sambil ketawa-ketawa geli nonton komedian favorit gue di youtube (sorry Mas gue bersedia beli video-video standup loe, tapi benerin dulu deh online shopnya), gue ganti baju renang. Karena jamnya sudah di atas jam 10:30, bukan jam ideal untuk renang bagi gue karena kolam renangnya outdoor dan sinar matahari juga udah mulai panas, hanya ada beberapa gelintir orang yang berenang saat itu. Alhamdulillah. Di antara mereka yang renang, cuma ada 1 cewek selain gue. Lainnya cowok.

 

Ini otak ya…mau disuruh relaks kok susah bener.

 

Sedang renang dan berpapasan dengan orang-orang yang sedang renang juga pun, dia bisa lho melakukan analisa lagi dan berkomen.

 

Hmm..gaya dadanya kok gak teratur gitu ya, oh dia buang dan ngirup napasnya pas di atas air sih, pantesan kayak capek, megap-megang gitu…masih mending gue kayaknya deh…mungkin dia gak pernah ikut survival swimming….tapi mungkin juga dia mulai ngos-ngosan karena sudah berjam-jam di kolam renang….

Lalu mata gue pindah ke sebelah kiri dan ni otak komen lagi.

 

Itu cowok kok ambil napas matanya merem ya? Oh, gak pakai kacamata renang sih ya…pasti pedih deh…Gue juga pernah tuh kayak gitu, rasanya kayak meraba-raba takut nabrak….tapi ya demi renang tetep aja gue lakuin…

 

Ok ok…konsen..konsen..konsen…ambil napas, mulai…embus…target hari ini berapa kali? 30 kali bolak-balik…kudu naik 10% donk setiap kali latihan…eh tapi ini kan sudah mulai jam 10 ya…siang banget…gab oleh lama-lama juga…bahaya buat kulit…

 

Begitulah kira-kira pikiran gue di tengah-tengah kayuhan tangan, embusan dan tarikan napas, serta entakan kaki di air. Gue harus sering-sering mengingatkan diri sendiri bahwa gue tidak sedang berkompetisi dengan siapa pun, gue suka banget renang, dan salah satu yang bikin gue doyan renang adalah merasakan dunia lain ketika kepala gue ada di bawah air, gue merasa lebih rileks dan tenang.

 

Kayaknya si Mel Robbins bener sih.

 

Otak kita itu memang pada dasarnya gak akan berhenti bekerja, tapi kita bisa atur kapan kita musti mikir apa. Untuk bisa rileks aja kita butuh usaha untuk konsentrasi. Mungkin itu sebabnya, di agama gue, kita disuruh sholat, banyak dzikir, berdoa, semua itu membutuhkan gerakan fisik dan sikap tubuh yang akan membantu kita berkonsentrasi.

 

Kenapa musti diatur? Kalau gue sih, biar otak gue yang keren ini lebih produktif, terarah ke sesuatu yang menghasilkan produk bermanfaat positif gitu mikirnya. Kalau gak terarah, berarti gue gak gunain akal gue donk ya. Seenak-enak udelnya sendiri. Gak ada bedanya gue dengan hewan yang sama-sama punya otak, tapi fungsinya primitif.

 

Banyak sih hal yang bisa gue tuliskan lagi mengenai otak gue.

 

Apa?

 

Kata otak gue: gak papa jawabnya nanti.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s